Pangastungkara
Download Bhagawad Gita MP3
Upanishad Bhagawad Gita yang dikenal juga sebagai Weda Kelima (Pancama Weda) banyak diminati bukan hanya oleh kalangan umat Hindu tetapi semua kalangan termasuk non Hindu apakah seorang filsuf, sastrawan, theologis, ataupun ilmuwan.
Penulis Bhagawadgita adalah Sri Krishna Dvipayana Vyasa atau Resi Byasa. Bhagawadgita merupakan ajaran universal yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia, sepanjang masa. Untuk mengetahui rahasia kehidupan sejati di dunia ini sehingga dapat terbebaskan dari kesengsaraan .Bhagawadgita merupakan ilmu pengetahuan abadi, yakni sudah ada sebelum umat manusia menuliskan sejarahnya dan ajarannya tidak akan dapat dimusnahkan.
Pembacaan dan pendalaman atas teks Bhagavad Gita sangatlah terbuka. Memperoleh tuntunan moral-etis, pemahaman tentang jiwa dan alam semesta, pencerahan tentang persoalan ketuhanan akan menjadi imbalan bagi siapa saja yang sudi menghirup nafas suci Bhagavad Gita
Berikut ini kami berbagi Bhagawadgita dalam bentuk audio yang terjemahannya berbahasa Indonesia.
Bhagawadgita Bab 1 Keragu-raguan Arjuna
Bhagawadgita Bab 2 Samkya Yoga
Bhagawadgita Bab 5 Karma Sanyasa Yoga
Bhagawadgita Bab 6 Dhyana Yoga
Bhagawadgita Bab 7 Jana Wijnana Yoga
Bhagawadgita Bab 8 Aksara Brahman Yoga
Bhagawadgita Bab 9 Raja Widya Raja Guhya Yoga
Bhagawadgita Bab 10 Wibhuti Yoga
Bhagawadgita Bab 11 Wiswarupa Darsana Yoga
Bhagawadgita Bab 12 Bhakti Yoga
Bhagawadgita Bab 13 Ksetra ksetrajna Wibhaga Yoga
Bhagawadgita Bab 14 Gunatraya Wighaga Yoga
Bhagawadgita Bab 15 Aksara Brahman Yoga
Bhagawadgita Bab 16 Daiwaasura Sampad Wibhaga Yoga
Bhagawadgita Bab 17 Radhapraya Wibhaga Yoga
Bhagawadgita Bab 18 Moksa Sanyasa Bagian 1
Bhagawadgita Bab 18 Moksa Sanyasa Bagian 2
Filed under Uncategorized
Manajemen ‘Sampat’
Namun ketika kegiatan semakin meningkat dan berkembang serta ragamnya pun semakin meluas, maka pembagian fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab menjadi sebuah kebutuhan. Kita tidak bisa menjalankan organisasi seorang diri. Sangat naif jika ada orang yang mengatakan bahwa dirinya bisa hidup seorang diri. Sebagaimanapun ia membatasi dirinya dengan orang lain, hidupnya tak akan lepas dari peran orang lain. Baju yang kita pakai adalah berkat dari peran orang lain, yaitu orang yang menanam kapas, orang yang memanen kapas, orang yang mengolah kapas menjadi benang, orang yang memintal benang menjadi kain, orang yang menjahit kain menjadi baju yang kemudian kita pakai sehari-hari. Begitu pula organisasi.
Sebuah tim yang terdiri dari banyak orang dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan, maknanya bukan hanya sekedar kumpulan individu, tapi merupa-kan kumpulan individu yang’ mau bekerja sama dan memiliki tujuan yang sama sehingga layak dikatakan sebagai organisasi. Dalam kumpulan individu yang disebut tim ini, jika salah seorang dari banyak orangnya memiliki sikap yang berbeda dan berpotensi merusak citra organisasi atau menghancurkan motivasi berprestasi organisasi, maka ia layak disebut oknum.
Sebagai pemimpin, mengatasi keberadaan oknum adalah sebuah tantangan tersendiri. Mengapa disebut sebagai tantangan? Karena pemimpin harus mampu menghadapi orang yang sudah berbeda cara berpikirnya dengan tujuan organisasi. Seorang pemimpin dalam organisasi seperti tongkat yang ada dalam sebuah sapu lidi, sedangkan individu-individu yang ada dalam organisasi ibarat batang-batang lidinya. Satu batang lidi tidak akan bisa dipergunakan secara maksimal, namun jika ia digabungkan menjadi satu, maka fungsinya akan berjalan baik, dan semakin baik jika ada tongkat di tengahnya sebagai pemersatu dan berguna memaksimalkan fungsinya sebagai sapu.
Batang sapu lidi berasal dari daun kelapa yang hijau dan kuat, kemudian satu persatu dikerat dan dihaluskan dari sisa daun yang menempel menjadi lidi-lidi kokoh dan halus. Lidi-lidi itu disusun rapi menyerupai barisan yang rapat. Batang yang besar ada di atas, batang yang merancing ada di bawah. Ada yang kekar, namun ada pula yang kurus. Lidi-lidi itu harus diikat menjadi satu kesatuan solid agar dapat menjadi kumpulan lidi yang kuat, berubah bentuk guna menjadi sapu lidi untuk membersihkan sampah-sampah di kebun. Untuk memudahkan penyapu, sapu lidi dilengkapi dengan sebatang tongkat yang diselipkan di tengah-tengah kumpulan lidi.
Tongkat itu memanjang menyembul keluar memberikan arah bagi sapu lidi kepada daerah yang ingin dibersihkan. Selain sebagai penguat kumpulan lidi, tongkat menjadi tempat bergantung bagi kumpulan lidi agar dapat bertahan dari benturan dan gesekan gerakan menyapu. Caranya dengan mengikat kumpulan lidi dengan ikatan kuat di sekeliling tongkat. Sebuah ikatan yang membuat lidi-lidi memiliki kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan. Maka menyapu kebun luas tidak menjadi masalah, membersihkan sampah berserakan adalah pekerjaan mudah. Menghardik ularpun dapat dilakukan demi menjaga keamanan kebun. Ketika menyapu ada beberapa lidi yang patah, ada beberapa lidi yang copot dari ikatan. Itu merupakan hal wajar karena pekerjaan menyapu akan mengorbankan beberapa lidi sebagai bukti betapa besarnya tugas untuk menyapu kebun yang luas.
Dalam menjalankan fungsinya, kadang-kadang beberapa lidi berasaha memisahkan diri dari ikatan. Mereka tercerai membentuk kesatuan lidi barn di luar ikatan besar. Walau hanya terdiri dari beberapa lidi, ikatan-ikatan kecil itu mengklaim bahwa merekalah kumpulan lidi yang paling kuat, memiliki keinampuan untuk menggantikan tugas ikatan besar dalam menyapu kebun. Ikatan-ikatan kecil lidi saling bangga terhadap ikatan barunya, mengaku sebagai titisan dari ikatan sapu lidi besar, tetapi merasa bahwa ikatan yang besar dahulu sudah tidak mampu lagi untuk dapat membenahi kebun luas. Mereka mengatakan bahwa menyapu dengan ikatan besar sudah tidak cocok lagi dengan tuntutan zaman dan metode menyapu mutakhir.
Walau lidi-lidi adalah batangan yang lebih banyak kuat dan elok, tetapi jika tidak bersatu, maka itu hanya akan menghasilkan ikatan-ikatan kecil bam yang saling bangga dengan ikatannya. Jika demikian, maka fungsi lidi bukan lagi menjadi pembersih kebun luas, bukan lagi sebagai penyapu handal, tetapi hanyalah sebatas kumpulan yang mudah dipatahkan, mudah ditindas oleh lidi lain yang lebih kuat, dan hanya akan menjadi sampah baru dalam kebun yang ingin dibersihkan.
Ibarat seperti itulah sebuah organisasi. Dalam aktivitas menjalankan fungsinya, pasti ada saja individu yang kuat, ada pula yang lemah, serta ada individu yang mau menonjol sendiri, bahkan melepaskan diri dari organisasinya. Di sinilah diperlukan sebuah kepemimpinan (tongkat) yang kuat, agar bersatunya individu-individu dalam organisasi itu bisa bertahan lama dan masing-masing berfungsi secara maksimal sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Pentingnya bersatunya manusia sebagai individu-individu dalam organisasi untuk mencapai tujuan, tercantum dalam Sloka Rg. Veda (X. 191.2-4) yang menyatakan “Sam gaccha dvam sam vada dvam, sam vo manamsi janatam, deva bhagam yatha purve, sam janana upasate. ”(artinya: kamu seharusnya berjalan bersama-sama, berbicara bersama-sama dan berfikir yang sama, seperti hanya pendahulumu bersama-sama membagi tugas-tugas mereka, begitulah kamu mestinya memakai hakmu). “Samani va akutih, samana hrdayani vah samanam astu vo mano, yatha vah susaha sad. ” (Artinya: Wahai umat manusia, semoga kamu maju dalam niat-niat yang sama, semoga dan pikiranmu sama satu sama lainnya sehingga anda bisa di organisir secara seragam).
Source: Majalah Wartam
Filed under tattwa
Sebutan Bagi Mereka yang Non Hindu
Ajaran agama Hindu berpedoman pada Kitab Suci Weda. Yang mana dalam kitab suci Weda ada 3 hal utama yang diajarkan yaitu tentang Pengendalian Diri, Kebaikan dan Cinta Kasih. Pengendalian diri, bagaimana kita dianjurkan untuk bisa menahan hawa nafsu,amarah serta mengekang benci dan dengki yang dapat membelenggu Hati kedalam gelap. Kebaikan dan Cinta kasih, bagaimana kita dianjurkan untuk peduli kepada sesama ciptaan-Nya dan peduli kepada alam / lingkungan. Yang mana ketiga hal tersebut akan memunculkan “Kebahagiaan” bagi yang dapat menjalakannya. Oleh karena itu dalam Agama Hindu terdapat sebuah ajaran yang sebut Tri Hita Karana.
Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara 3 hal yaitu:
- Parhyangan (Manusia dengan Tuhan)
Palemahan (Manusia dengan alam lingkungan)
Pawongan (Manusia dengan sesama)
Sebutan Untuk Non Hindu
Dalam Ajaran Agama Hindu,Tuhan mengelompokan umatnya sesuai profesinya yang disebut Catur Warna.
Catur warna adalah: Brahmana, Kesatria, Wesya, dan Sudra. Pengelompokannya menurut bakat/ kualitas manusia dan kerjanya:
- Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang ke-Tuhanan disebut Brahmana.
Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang pemerintahan disebut Kesatria.
Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang perekonomian disebut Wesya.
Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang pelayanan disebut Sudra.
Keempat kelompok profesi ini diperlukan dalam tatanan kehidupan manusia, oleh karena itu Ida Sanghyang Widhi Wasa menciptakan manusia-manusia yang berbeda, tidak sama semuanya. Tidaklah dapat dibayangkan bagaimana bentuk kehidupan ini jika semua manusia persis sama: bakat, kualitas, dan kerjanya.
Tuhan tidak pernah mengelompokan umatnya apakan dia orang Baik atau dia orang Jahat. Miskin atau pun Kaya. Hal ini sudah tertulis dalam dalam Bhagawad Gita dan Rig Veda berikut:
“Samo ham sarvo bhutesu na me devasyo stina pryah
Ye bhajanti tu man bhaktya mayite tesu ca pyaham”Terjemahannya :
“Aku adalah sama bagi semua mahluk, bagi-Ku tidak ada yang terbenci dan terkasihi, namun bagi yang berbhakti dengan penuh dedikasi, mereka ada pada-Ku dan Aku ada pada mereka”-Bhagawad Gita IX.29-
***
“Hendaknya hati kita dalam kesederajatan dan persatuan”
-Rig Veda 10/191/4-
Dari sloka di atas, yang dikutip melalui pustaka suci/kitab Bhagawad Gita dan Rig Veda adalah gambaran sempurna dari sifat dan prinsip Tuhan (Brahman) Hindu. Tuhan ini, Tuhan yang bukanlah Tuhan yang hanya duduk di singgasana di sebuah lapisan langit dengan cambuk api di satu tangan dan hadiah di tangan yang lainnya, dimana ia akan siap mengayunkan cambuknya pada siapa yang tidak percaya kepadanya atau sebaliknya menghambur hadiah penuh kenikmatan kepada mereka yang memujanya. Hindu terbebas dari doktrin seperti ini yang dapat mengakibatkan timbulnya suatu kebencian di antara manusia dan bertindak “mengatas namakan Tuhan atau agama”.
LANTAS APAKAH ADA SEBUTAN UNTUK MEREKA YANG NON-HINDU?
Tentu saja ada, dalam ajaran Agama Hindu untuk mereka yang Non Hindu disebut “Sahabat“. Hal ini sudah tertulis dalam Pustaka suci Bhagavadgita Sloka XII. 13. menyebutkan:
“Advesta sarwa bhutanam, Maitrah karuna eva ca
Nirmano niraham karah, sama dukha-sukhah ksami”Terjemahannya:
“Dia yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat, dan cinta kasih. Bebas dari keakuan dan keangkuhan, sama dalam suka dan duka, serta pemberi maaf.”
Di dalam Yajur Veda 26.2, disebutkan:
“mitrasya ma caksusa sarvani bhutani samiksantam, mitarsya aham caksusa saruani bhutani samikse, mistrasya caksusa samisamahe”
Terjemahannya:
“semoga semua makhluk memandang kami dengan pandangan mata seorang sahabat, semoga kami memandang dengan pandangan mata seorang sahabat.”
Dalam sloka tersebut dapat diartikan bahwa dalam ajaran Hindu dianjurkan umatnya untuk tidak membenci segala mahluk entah manusia atau hewan. entah dari suku, agama atau ras apapun. Anggaplah sebagai sahabat,terbakan cinta kasih dan jangan biarkan dengki dan benci ada dalam diri. Karena sejatinya Agama ada untuk menebar Cinta Kasih bukan untuk menebar kebencian.
sumber : jarhindo.com
Filed under hindu
google6609a8c171ea862b.html
google-site-verification: google6609a8c171ea862b.html
Filed under Uncategorized
Lambang Parisada Hindu Dharma Indonesia
Sebagai Umat Hindu Indonesia apalagi jika anda sebagai bagian dari pengurus sebaiknya mengenal secara benar gambar, arti dan makna lambang Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) agar tidak sembarangan membuat lambangnya untuk keperluan stempel, pataka, spanduk dan lain sebagainya.Penjelasan mengenai arti dan makna lambang PHDI tertuang dalam Bab I Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Secara lengkap kutipannya sebagai berikut : <baca selengkapnya>
Filed under hindu
Fakta Ilmiah Adanya Perang Mahabharata (Perang Nuklir Zaman Prasejarah?)
# Epos Mahabarata
Kisah ini menceritakan konflik hebat keturunan Pandu dan Dristarasta dalam memperebutkan takhta kerajaan. Menurut sumber yang saya dapatkan, epos ini ditulis pada tahun 1500 SM. Namun fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya. Artinya peristiwa yang dicatat dalam buku ini diperkirakan terjadi pada masa ±5000 tahun yang silam.
Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga meskipun akhirnya berperang di Kurukshetra. Namun yang membuat orang tidak habis berpikir adalah kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Padahal jika dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang sebegitu besarnya.
Filed under tattwa
AWAS DENGAN KEYAKINAN ANDA
Filed under Uncategorized
Mantram Maha Mertyunjaya
OM TRYAMBAKAM YAJAMAHE SUGANDHIM PUSHTIVARDHANAM;
URVAARUKAMIVA BANDHANAAN MRITYORMUKSHEEYA MAAMRITAAT.
Mantra Tryambakam ditemukan oleh Rsi Markandeya. Merupakan Mantra rahasia, dan Rsi Markandeya adalah satu-satunya di dunia yang tahu mantra ini. Mantram ini ditujukan kepada Rudra sebagai Mrityunjaya ditemukan dalam Kitab Rig-Weda. Mantra ini memiliki banyak nama dan bentuk, disebut mantra Rudra mengacu kepada Dewa Siwa, Tryambakan mengacu kepada Tiga Mata Siwa, kadang dikenal juga sebagai mantra Mrita-Sanjivini. Maha Mrityunjaya mantram ini dipuji oleh orang bijak sebagai jantung dari Veda.(read more)
Filed under Uncategorized
9 PESAN TERAKHIR BHAGAVAN SHRI SATHYA SAl BABA
|
Filed under hindu