Sikap Berdoa Bersama Non Hindu

Bagi Umat Hindu di Bali apa yang akan saya sampaikan disini mungkin tidak menarik, karena tidak ada masalah, tetapi bagi kita Umat Hindu yang berada di luar Bali maka sering akan menjadi kikuk apabila saat mengikuti suatu acara yang berisi do’a dimana dipimpin oleh umat Non Hindu. Masalah tersebut adalah bagaimana sikap badan kita( asanasnya) . Kalau secara umum umat muslim akan berdoa dengan posisi tangan tengadah ke atas keduanya, sedangkan bagi kita sebaiknya bagaimana? Apa ikut tangan tengadah keatas? Atau tangan ditutup kebawah? Atau berdiam diri sesuai kemauan sendiri?Nah bingung juga kan? Berikut saya mencoba menguraikan pendapat saya pribadi yang saya praktikan secara langsung.

Sikap duduk

Kalau mengikuti petunjuk umum tentang sikap badan pada saat memuja, ada Silasana, Padmasana, Bajrasana, dan Padasana. Jika acara yang diikuti dengan peserta berdiri atau duduk di lantai ( lesehan ), sikap duduk tidak menjadi masalah karena dapat memilih salah satu dari mepat sikap duduk di atas. Bagaimana jika peserta acara menggunakan kursi, apakah pada saat berdoa kita berdiri ( sikap padaasana) sementara peserta lain duduk di kursi. Atau duduk dengan sikap silasana atau padmasana atau bajrasana di atas kursi? Atau kita turun ke bawah ( lantai ) mengambil salah satu sikap duduk tersebut? Tentu akan menjadi pemandangan aneh bagi orang lain ( sukur-sukur tidak dikira kurang waras).

Sikap tangan

Secara umum saat berdoa kita menggunakan sikap tangan dengan amusti karana, jari tangan kanan digenggamkan dan digenggam kembali dengan jari tangan kiri serta kedua ibu jari dipertemukan ke atas ( membentuk teratai kuncup).

Tetapi yang banyak saya perhatikan pada saat umat hindu turut serta dalam acara do’a yang dipimpin umet lain adalah tangan tengadah keatas atau hanya diam saja menunduk ( apakah ikut berdoa atau tidak saya tidak tahu).

Kesimpulan

Dari permasalahan yang saya sampaikan di atas saya pribadi mengambil keputusan dan saya praktikkan adalah :

Sikap duduk disesuaikan dengan kondisi, jika acaranya berdiri ya gunakan Padaasana. Jika acaranya duduk di lantai saya gunakan silasana ( bajrasana bagi wanita ). Sedangkan jika kegiatan duduk di atas kursi, sebaiknya menyesuaikan diri dengan duduk posisi punggung tegak lurus. Memang dalam konsep posisi badan tidak ada dengan duduk di kursi. Tetapi saya beralasan bahwa untuk berdoa yang utama adalah keyakinan dan kesungguhan hati, bukan semata posisi badan. Memang mungkin dalam aturan yoga asanas ada beberapa konsep sikap badan yang sempurna untuk tujuan tertentu. tetapi untuk berdoa apapun sikapnya yang utama adalah kesungguhan dan konsentrasi pikiran. Untuk mewujudkan rasa kesungguhan tersebut cukup dengan bada yang tegak agar sirkulasi pernafasan lancar ( Pranayama).

Sedangkan sikap tangan saya menganjurkan amustikarana, karena sikap ini adalah perlambang dari teratai sebagai lingga dari Hyang Iswara yang kita letakkan pada uluhati ( herdaya ). Sikap tangan tengadah sebenarnya dalam kegiatan upacara Hindu adalah perwujudan nunas amerta atau anugrah lainnya seperti pada upacara pawiwahan atau natab jerimpen. Tetapi sikap ini digunakan jika ada yang mempimpin upacara dan secara simbolis memberikan anugrah apakah berbentuk amerta atau puja-puja lainnya oleh sulinggih atau pinandita. sedangkan kalau berdoa sendiri akan lebih pas jika menggunakan amusti karana.

Untuk keadaan ini justru yang menjadi persoalan adalah bahwa kita sendiri merasa kikuk untuk mengambil sikap berbeda dengan orang lain pada saat acara do’a. Tidak perlu malu atau kikuk, justru jika kita bersikap diam atau bahkan tolah sana-sini pada saat orang lain berdoa akan menjadi pertanyaan orang lain, emangnya dalam agama Hindu tidak ada cara doa bersama? Mari kita tunjukkan dengan sikap sebenarnya ( tidak demonstratif) untuk turut serta berdoa dengan sikap Padaasana atau silasana/bajrasana atau duduk tegak di kursi dengan sikap tangan amusti karana. Biasakan dan lama-lama pasti terbiasa.

Leave a comment