Punarbhawa

Punarbbhawa atau tumimbal lahir atau samsara adalah bagian keempat dari Panca Sradha sebagai dasar keyakinan Umat Hindu. Pengertian sederhana adalah bahwa pada saat seseorang meninggal dunia maka jiwatman akan melepaskan badan jasmaninya ( stula sarira ), menuju sorga atau neraka. Untuk meningkatkan kualitas jiwatman maka setelah waktu tertentu jiwatman kembali kedunia dengan menggunakan badan jasmani yang baru. Proses jiwatman meninggalkan stula sarira kemudian lahir kembali menggunakan jasmani yang baru inilah disebut Punarbhawa.
Untuk memahami dan meyakini hukum punarbhawa bisa kita lakukan secara logika maupun dengan meyakini Wahyu Tuhan melalui kitab-kitab suci.
Jika kita perhatikan bahwa alam ini semuanya mengalami siklus ( perputaran ). Bahkan planet-planet ini bisa stabil pada tempatnya karena berputar. Ada perputaran siang dan malam, Perputaran waktu, perputaran rantai makanan, perputaran dari air laut mejadi awan, kemudian turun hujan dan kembali ke laut, dan masih banyak lagi jenis-jenis perputaran kehidupan. Intinya bahwa segala sesuatu di alam ini mengalami perputaran sehingga bisa stabil. Demikian juga manusia yang lahir, tumbuh besar, kemudian meninggal maka akan mengalami perputaran untuk lahir kembali. Dari pemahaman ini jelas bahwa manusia akan mengalami punarbhawa.
Kemudian dalam Kitab Suci Bhagawad gita beberapa sloka menyiratkan secara jelas tentang punarbhawa , antara lain :
Seperti halnya sang jiwatman yang melewatkan waktunya dalam badan ini dari masa kanak-kanak, remaja dan usia tua, demikian juga bila ia berpindah ke badan yang lainnya. Orang bijaksana tak akan terbingungkan oleh hal ini.
( Bab II, sloka 13 )

Bagaikan seseorang yang menanggalkan pakaian usang dan mengenakan pakaian lain yang baru, demikianlah jiwatman yang berwujud mencampakkan badan lama yang telah usang dan mengenakan badan jasmani baru.
( BabII, sloka 22 )

Bagi seseorang yang lahir, kematian sudahlah pasti dan pasti ada kelahiran bagi mereka yang mati, sehingga terhadap hal yang tak terrelakkan ini janganlah engkau berduka.
( Bab II, sloka 27).

Masih banyak sloka-sloka lain yang menjelaskan tentang punarbhawa ini.

  • Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa

Dalam Kitab Sarasamuscaya sloka 4 dikatakan :
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara ( lahir dan mati berulang-ulang ) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

Dari sloka di atas ada dua point yang dapat kita petik penekannya yaitu :

  • Untuk berbuat baik kesempatan yang paling luas adalah bila menjelma menjadi manusia.
  • Berbuat baik ( Subha karma ) adalah cara untuk melepaskan diri dari keadaan samsara ( punarbhawa ).

Jadi bila manusia semasa hidupnya banyak berbuat baik maka kelahiran berikutnya akan meningkat kualitasnya. Demikian juga bila semasa hidupnya banyak berbuat dosa maka kelahiran berikutnya akan menurun kualitasnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terlahir sebagai binatang atau tumbuhan.

Oleh karena itu setiap menjalani kehidupan kewajiban manusia adalah untuk meningkatkan Subhakarma sehingga setiap kelahiran berikutnya bisa meningkat kualitasnya sampai akhirnya tujuan hidup yaitu moksartham jagathita tercapai.

Jika digambarkan proses hidup manusia dan kelahirannya sampai bersatunya atman dengan brahman ( Brahman Atman aikyam) seperti di bawah ini :


Ket :
Gari tebal adalah kehidupan saat ini
Garis tipis kehidupan kelahiran dengan kualitas meningkat yang menuju bersatunya Brahman
Garis putus-putus kehidupan kelahiran dengan kualitas menurun yang semakin jauh dari Brahman.
Kesimpulan :

Gunakan hidup ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan karma sehingga setiap kelahiran berikutnya bisa meningkatkan kualitas dan kesucian jiwatman.

2 responses to “Punarbhawa

  1. Ketut Budiana

    Kalau di dunia (khususnya di Bumi) memang benar ada siklus misalnya siklus hujan, siklus angin, dsb, namun apakah di luar batas dunia ini masih ada siklus ? Dalam agama Hindu, surga dan neraka itu letaknya di mana, apakah di dunia ini ataukah di luar lingkup dunia ? Mohon dijelaskan apakah siklus kehidupan yg menghasilkan Punarbawa itu juga melewati suatu peristiwa/proses peleburan dunia ini terlenih dahulu kemudian dunia dikonstruksi ulang (baru kembali), ataukah bagaimana ?

  2. Untuk mengetahui alam sorga dan neraka anda bisa membaca Bhagawata Purana yang membahas tentang neraka, disana dijelaskan oleh Rsi Sukadeva Gosvami ( Putra Maharsi Wyasa) pada saat percakapan dengan Maharaja parikesit mengatakan :
    Maharaja Parikesit yang saya hormati, di daerah Yamaraja ada ratusan dan ribuan planet neraka. Orang-orang tidak saleh yang saya telah jelaskan terdahulu pasti memasuki bermacam-macam planet-planet ini sesuai dengan tingkat ketidaksalehan mereka. Akan tetapi, orang-orang saleh memasuki planet-planet lain yaitu planet-planet para dewa. Meskipun demikian, baik yang saleh maupun yang tidak saleh dibawa kembali ke bumi ini setelah hasil-hasil perbuatan saleh atau tidak saleh mereka habis.
    (buku ditulis/diterjemahkan oleh Darmayasa)

Leave a comment